Gelombang Pertama Tahanan Palestina Dibebaskan, 20 Sandera Kembali ke Israel
- account_circle M. Rizky Hidayatullah
- calendar_month Sel, 14 Okt 2025
- visibility 91
- comment 0 komentar

Situasi pembebasan sandera yang ditawan Israel babak baru perdamaian Palestina. (REUTERS/Ammar Awad)
Ramallah, Pikirkan.com – Suasana haru mewarnai Ramallah ketika kelompok pertama tahanan Palestina tiba di ibu kota de facto Palestina, Tepi Barat, pada Senin (13/10). Pembebasan tersebut menjadi bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang juga mencakup pemulangan 20 sandera dari Gaza ke Israel.
Bus-bus yang membawa para tahanan tiba di tengah kerumunan keluarga yang menanti dengan tangis dan teriakan gembira. Para ibu memeluk erat anak-anak mereka, sementara beberapa tahanan diangkat di bahu kerabatnya sebagai simbol kemenangan atas penantian panjang. Sebagian besar dari mereka merupakan narapidana yang sebelumnya divonis seumur hidup oleh pengadilan Israel atas tuduhan keterlibatan dalam aksi kekerasan dan pembunuhan.
Dalam waktu yang bersamaan, Israel menyambut kepulangan 20 sandera yang sebelumnya ditawan Hamas sejak serangan 7 Oktober 2023. Mereka terdiri atas dua kelompok—tujuh orang dibebaskan pada pagi hari dan tiga belas lainnya pada sore hari. Di antara mereka terdapat saudara kembar Ziv dan Gali Berman, yang potret kebersamaannya di Gaza menjadi simbol kuat dari berakhirnya penderitaan panjang keluarga para sandera.
Kementerian Luar Negeri Israel sebelumnya telah mengonfirmasi nama tujuh sandera pertama yang dibebaskan: Eitan Abraham Mor, Gali Berman, Ziv Berman, Omri Mira, Alon Ohel, Guy Gilboa-Dalal, dan Matan Angrest. Nama-nama tersebut dibagikan melalui unggahan resmi dengan keterangan singkat namun sarat makna: “Selamat datang di rumah.”
Kesepakatan gencatan senjata ini mencakup pembebasan 250 narapidana dan lebih dari 1.700 tahanan Palestina oleh Israel. Di sisi lain, Hamas melepaskan para sandera yang telah berada dalam penahanan selama hampir dua tahun.

Reaksi sejumlah warga israel saat Hamas membebaskan para sandera yang telah ditawan di Gaza sebagai bagian dari pertukaran tawanan-sandera dan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. (Foto: Reuters)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dalam pidatonya di parlemen Israel pada hari yang sama, menyebut serangan Hamas tahun 2023 sebagai “salah satu penodaan paling keji terhadap orang Yahudi sejak Holokos.” Ia menegaskan bahwa gencatan senjata ini menandai berakhirnya “mimpi buruk yang panjang dan menyakitkan” bagi masyarakat Israel dan Palestina.
“Ini adalah masa yang menggairahkan bagi Israel dan seluruh Timur Tengah,” ujar Trump. “Kekuatan kekacauan dan teror yang selama puluhan tahun melanda kawasan ini kini telah melemah, terisolasi, dan dikalahkan.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut pernyataan tersebut dengan menyebut proposal perdamaian Trump sebagai langkah “penting” menuju stabilitas kawasan. “Saya berkomitmen pada perdamaian ini, Anda berkomitmen pada perdamaian ini, dan bersama-sama kita akan mencapainya,” ujarnya. Netanyahu juga menegaskan bahwa Trump akan “diabadikan dalam sejarah bangsa Israel dan dunia.”
Setelah kunjungan ke Israel, Trump dijadwalkan menuju Mesir untuk menghadiri KTT Perdamaian Gaza yang dihadiri sejumlah pemimpin dunia, termasuk Presiden Indonesia Prabowo Subianto.
Di luar parlemen Israel, suasana kontras tampak di antara keluarga korban. Forum Hostages and Missing Families mengumumkan bahwa hanya empat dari 28 sandera yang dilaporkan tewas di tangan Hamas akan dikembalikan pada hari yang sama.
- Penulis: M. Rizky Hidayatullah

 
     
     
         
                
                 
         
         
         
         
         
                     
         
     
         
         
         
         
             
         
            
Saat ini belum ada komentar